Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Angka Stunting di Nagekeo Meningkat

Avatar photo
1000394635
Kegiatan timbang balita Stunting oleh Tenaga Kesehatan di UPTD Puskesmas Nangaroro, Photo dok: Flobamora-News

Nagekeo, Flobamora-news.com– Tahun 2024 merupakan tahun pamungkas dalam pelaksanaan program percepatan penurunan angka prevalensi stunting hingga 14% yang ditargetkan pemerintah. Untuk mencapai target ini, Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, dan seluruh pemangku kepentingan terkait lainnya dipacu untuk terus mengoptimalkan program intervensi spesifik dan sensitif, sehingga benar-benar diterima oleh sasaran prioritas.

Dalam lima tahun terakhir Pemerintah Kabupaten Nagekeo, NTT, dinilai berhasil menurunkan angka stunting dari 21, 40 persen tahun 2019, kemudian 13,79 persen tahun 2020, 9,16 persen tahun 2021, 8,42 persen tahun 2022 hingga 6,7 persen tahun 2023. Itu karena Pemkab Nagekeo di bawah kepemimpinan Bupati Johanes Don Bosco Do dan Wakil Bupati Marianus Waja gencar dengan program penanggulangan Stunting. Akan tetapi, memasuki tahun 2024 Nagekeo kembali dibayang-bayangi lonjakan jumlah Stunting.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Jumlah balita tahun 2024 dilaporkan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan data yang dirilis Bappebtibangda Kabupaten Nagekeo peningkatan stunting kurang lebih 0,94 persen per Februari 2024

Baca Juga :  Binter Terpadu Kodim 1604/Kupang, berikan Pelayanan kesehatan dan KB

“Ada kenaikan prevalensi stunting dari 6,87% pada 2023 menjadi 7,81% pada Februari 2024” jelas Kepala Bapelitbangda Kabupaten Nagekeo Kasmir Dhoy, melalui Perencana Ahli Muda Laurensius Yustinus Bitua, kepada media ini Jumat 12 April 2024.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 (dua) tahun.

Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.

1000394632
Grafik perkembangan Stunting di Kabupaten Nagekeo, Photo dok: Flobamora-News

Bapelitbangda melaporkan angka Stunting di Kabupaten Nagekeo mengalami peningkatan signifikan dari 728 anak pada tahun 2023 menjadi 802 anak pada Februari 2024. Jika dilihat perkembangan dari tahun 2022, angka Stunting di Nagekeo sebetulnya mengalami penurunan dari 946 anak atau 8, 42 persen di tahun 2022 menjadi 802 anak di tahun 2023.

Baca Juga :  Selamat Hari Bidan Nasional

Dia memaparkan, data Stunting di bulan Februari ini, akan digunakan sebagai evaluasi lintas sektor untuk pengukuran bulanan berikutnya. Apabila terdapat balita yang bermasalah dengan status gizinya dapat dilakukan intervensi yang sesuai baik oleh desa maupun instansi terkait. “Data yang di pakai sebagai Data tahunan adalah Data pengukuran bulan Agustus setiap tahun” jelasnya.

Pria yang akrab disapa Nus Bitua ini mengatakan, adapun jumlah sebaran peningkatan balita Stunting per Kecamatan meliputi Keotengah, Nangaroro, Boawae dan Kecamatan Aesasa Selatan. Tiga Kecamatan lain yaitu Mauponggo, Aesesa dan Wolowae dilaporkan mengalami penurunan.

Meski mengalami kenaikan, akan tetapi presentasi tersebut sudah melewati target Nasional sebagaimana instruksi Presiden Jokowi tang tertuang dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting yang mana wujud komitmen pemerintah dalam mempercepat pencapaian target penurunan stunting menjadi 14% pada 2024.

Baca Juga :  Sosok Ini Dituding Biang Kegaduhan Persena, Siapa Dia?

Penurunan jumlah Stunting merupakan komitmen Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penjabat Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Ayodhia G. L. Kalake mengajak semua pihak di daerah itu untuk bersama-sama menekan angka stunting sehingga target penurun sebesar 12 persen pada 2024 bisa tercapai.

“Kami berharap kerja keras semua pihak untuk bersama-sama pemerintah membantu menekan angka stunting di NTT bisa tercapai,” kata Ayodhia G. L. Kalake dikutip Antara belum lama ini.

Pemerintah NTT menyebutkan penderita stunting terus mengalami penurunan turun. Prevalensi stunting di NTT pada 2018 di angka 35,4 persen atau 81.434 penderita turun menjadi 15,7 persen atau 67.518 balita pada 2023.

Ayodia mengatakan meningkatkan kunjungan balita ke posyandu yang dilakukan setiap bulan secara rutin bisa membantu dalam mendeteksi anak-anak yang mengalami stunting secara dini, sehingga penanganan anak stunting menjadi lebih mudah.