Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Cegah Perdagangan Orang, Keluarga Harus Jadi “Palang Pintu“

Avatar photo

NTT, flobamora-news.com Pencegahan perdagangan orang (human trafficking) tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Perlu peran serta masyarakat luas, bahkan sampai tingkat keluarga, untuk mencegah rencana tindakan tidak berperikemanusiaan tersebut.

“Keluarga bersama masyarakat di desa harus jadi palang pintu anak-anak kita yang mau keluar,” kata Emelia Nomleni, di Kupang, NTT, Jumat /13 April 2018

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Palang pintu yang dimaksud Mama Emi, sapaan akrabnya, adalah keluarga dan desa harus secara ketat menjaga anggotanya yang berencana meninggalkan rumah dan desa dalam waktu lama.

Baca Juga :  Kodim 1604/Kupang gelar Bintal Fungsi Komando

“Kita harus memastikan anak negeri yang keluar dalam posisi migrasi aman,” ujar Cawagub NTT nomor urut 2.

Caranya, lanjut Mama Emi, dengan mendata setiap anggota keluarga yang keluar dan memuktahirkan data tersebut dalam jangka waktu tertentu.

“Kita harus tahu dia kerja sama siapa dan tinggal dimana,” tegas Mama Emi.

Lebih jauh, Mama Emi mengatakan, peran keluarga sangat penting mengingat banyak kasus perdagangan orang juga dimulai dari ajakan keluarga.

“Desa banyak yang tidak tahu warganya keluar karena yang ajak om dan tantenya sendiri,” ujarnya.

Baca Juga :  Miris! JPU Biarkan Kontraktor Bebas, PPK Dituntut Pidana Penjara 12 Tahun

Mama Emi mengatakan, pencegahan perdagangan orang tidak akan efektif jika kemiskinan dan kesulitan lapangan kerja masih terjadi di NTT. Oleh karenanya, Mama Emi menegaskan, akan meneruskan Program Desa Mandiri Anggaran untuk Masyarakat Menuju Sejahtera (Desa Mandiri Anggur Merah) yang sudah diterapkan oleh Gubernur NTT, Frans Lebu Raya saat ini. (*/tim-dure)