Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Kadispar NTT: di NTT Sekitar 40 % Destinasi Adalah Destinasi Budaya Adat

Avatar photo
IMG 20190627 WA0078

KUPANG, Flobamora-news.com – Kepala Dinas (Kadis) Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT, Wayan Dharmawa, Selasa (26/6/2019) menegaskan bahwa destinasi budaya yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur harus disakralkan. Hal tersebut mengingat dari 1181 destinasi yang ada di Nusa Tenggara Timur, sekitar 40 persen destinasi adalah destinasi budaya. Selain itu, destinasi budaya merupakan salah satu kekuatan besar pariwisata Nusa Tenggara Timur yang resistansinya berhubungan erat dengan perkembangan masyarakat.

Menurut Wayan, Destinasi budaya harus kita sakralkan. Kalau kita tidak bisa menjaga ini (destinasi budaya), maka ini bisa hilang. Rumah adat, kampung adat, bisa hilang kalau tidak dijaga. Mengelola destinasi budaya, seperti kampung adat dan rumah adat membutuhkan dana yang tidak sedikit, sementara disatu pihak gerusan modernisasi tidak dapat terhindarkan. Sehingga, pekerjaan terberat ke depan ialah bagaimana membangun kampung adat ataupun rumah adat untuk tetap eksis dan tetap berjalan sesuai dengan perkembangan zaman.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Ditambahkannya, ke depan, destinasi budaya seperti kampung adat akan dibagi dalam 3 area. Area pertama yang merupakan pintu masuk akan menjadi area di mana ada persinggungan antara modernisasi dengan kampung adat. Di area ini akan ada transaksi, ekonomi kreatif dan sebagainya.
Area kedua, merupakan area transisi. Di area ini, wisatawan yang datang ke destinasi budaya tersebut akan berganti pakaian dan atribut, sehingga wisatawan tersebut akan mengenakan pakaian adat yang sesuai dengan destinasi budaya yang dikunjungi. Sementara area ketiga ialah area inti, di mana ada kampung adat, rumah adat, dan sebagainya.

Baca Juga :  Pesona Pantai Motadikin

“Kawasan kedua adalah area transisi. Di sini para pengujung wajib mengganti pakaiannya, wajib mengenakan pakaian adat, sehingga begitu masuk ke destinasi wisata utama, wisatawan akan mendapatkan suasana adat. Tidak seperti sekarang, dia (wisatawan, red) masuk ke kampung adat tetapi dia pakai celana pendek”. Kata wayan