Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Produk Natural Mbay Rice Tembus Pasar Global, PT PAI Gelar Tasyakuran Panen Raya

PAI01635

Nagekeo, Flobamoranews.com– PT Pandawa Agri Indonesia (PAI) salah satu perusahaan mitra Petani di Nagekeo menggelar tasyakuran panen raya beras Mbay (Natural Mbay Rice) di Kantor perwakilan PT PAI, Kelurahan Mbay 1 Kecamatan Aesesa, Jumat (26/05/2023) pekan lalu.

Hadir pada kesempatan itu, Bupati Nagekeo, Dinas Pertanian (diwakili Sekretaris Dinas Pertanian), Perum Bulog Kancab Bajawa (Diwakili Asisten Manajer Kancab Bajawa dan Kepala Gudang Bulog Danga), Kepala BPP Danga dan perwakilan Penyuluh, para petani dampingan PAI.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

“Tasyakuran menjadi momentum parapihak dan mitra untuk mengapresiasi atas ikhtiar bersama yang telah dilakukan” ungkap Rizky Cynthia Shandra selaku Smallholder Supervisor NTT Pandawa Agri Indonesia di sela kegiatan.

Ia menyatakan bahwa Petani, PAI, dan para pihak lainnya terus bertumbuh untuk saling memperbaiki dan melengkapi dalam kerangka ekosistem Beras Mbay. Oleh sebabnya, momentum tasyakuran ini sebagai sarana bersyukur kepada Tuhan terhadap anugerah hasil bumi yang telah diusahakan.

“Tasyakuran ini juga sebagai momentum mempererat hubungan silaturahmi PAI dengan para pihak dalam ekosistem pengembangan Beras Mbay, yakni petani, pemerintah, lembaga jasa keuangan, dan mitra pemasaran serta menyaring aspirasi, feedback, saran, dan masukan dari pihak untuk perbaikan berikutnya” katanya.

Petani dampingan PAI tersebar di irigasi Mbay Kanan mulai dari Danga, Mbay 1, Mbay 2, Tonggurambang, Marapokot, Nangadhero, dan Aeramo. Dari MT pertama hingga ketiga, tren perkembangannya mengalami kenaikan, meski sedikit mengalami penurunan pada MT ke empat mengalami penurunan karena mayoritas petani kerja sawah sendiri untuk simpan cadangan pangan selama tutup air perbaikan jaringan irigasi.

Baca Juga :  Peletakkan Batu Pertama Pembangunan Kancab Bank NTT

Government Partnership PAI Fazlur Rahman menyebutkan pengembangan Ekosistem Beras Mbay dari hulu hingga hilir telah membuahkan brand hasil karya petani lokal bernama Mbay Natural Rice, produk beras sehat rendah residu pestisida, tanpa pemutih, tanpa pewangi, dan tanpa pengawet.

Tercatat tetelah tahun 2021 mendapat register keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) oleh Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) Kupang, saat ini telah selesai dilakukan uji lab oleh Saraswanti Indo Genetech Surabaya (Laboratorium rujukan rekomendasi oleh Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTT).

“Terhadap 22 parameter pengujian, sampel MNR tidak terdeteksi semua bahan aktif pestisida sesuai Permentan 53/2018 tentang Keamanan dan Mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan artinya, Mbay Natural Rice dinyatakan aman” jelasnya.

Tidak hanya di bawah standard Batas Maksimum Residu (BMR) yang ditetapkan, bahkan semua hasil pengujian tidak mencapai Limit of Detection (batas deteksi) sehingga BMR pestisida yang dimaksud tidak ditemukan dalam pengujian.

Terkait pangsa pasar, Mbay Natural Rice telah dipasarkan ke minimarket lokal Nagekeo, Ende (Sinar Mas, Roxy, Karya Jaya, Liberty, Jembatan Emas, Usaha Muda, Sinar Rembulan
Nangapanda).

Selain pasar lokal, produk Mbay Natural Rice juga tembus pasar global yang mana menjadi langganan restoran ternama di Labuan Bajo (Sudamala Resort, BPO Labuan Bajo Flores). Beras Mbay juga kerap mengikuti Pameran Ekonomi dan Pariwisata sebagai ajang bela beli Nagekeo.

“Tidak hanya itu, Mbay Natural Rice juga diserap
oleh Perum Bulog untuk penyaluran beras ASN Nagekeo. Pelaksanaan tersebut
menjadi komitmen Bela Beli Nagekeo untuk mendukung petani lokal mendapatkan
harga kompetitif dan meningkatkan daya saing daerah” ungkapnya.

Baca Juga :  Tingkatkan Pendapatan Pasca Covid-19 PT Jasa Raharja Optimalisasi Sektor IW dan SW

Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do mengingatkan Petani agar senantiasa memperhatikan kualitas dan mutu produk beras yang dihasilkan, sehingga mampu bersaing di pasaran baik lokal maupun nasional. Selain mutu, produktivitas hasil panenan petani dengan ketersediaan luas lahan yang ada semestinya ditingkatkan melalui pola tanam yang lebih modern.

“Karena kita sudah tidak punya tanah lebih lagi, jadi sekarang bagaimana dengan lahan yang ada khususnya kita orang Mbay, mari kita mengolah itu secara baik supaya mendapatkan uang tambahan” pesan Bupati.

PT PAI perusahaan agrikultur yang berbasis di Banyuwangi ini menciptakan inovasi reduktan pestisida, mengembangkan ekosistem pertanian end to-end yang berkelanjutan di irigasi Mbay. Inisiatif Pengembangan Ekosistem Beras Natural Mbay ini merupakan satu diantara beberapa inisiasi lainnya yang dikembangkan oleh PAI bagi petani swadaya (smallholders) di Indonesia.

Pada Pengembangan Ekosistem Beras Natural Mbay, teknologi PPAI yang diterapkan meliputi tujuh Intervensi berupa benih bersertifikat, pupuk mikro lengkap, mikoriza, pupuk silika, mikroba pengurai jerami untuk meningkatkan unsur organik dalam tanah, serta reduktan herbisida dan insektisida.

Bupati Don Bosco mengapresiasi dampak positif yang diberikan oleh PAI yang mana mampu meningkatkan produksi panen petani dan mengubah pola tanam dari metode budidaya secara tradisional ke sistem pengolahan lahan dan teknik budidaya yang lebih modern. Pendampingan yang dilakukan PAI ini terbukti mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen, sehingga pendapatan petani meningkat dan pasokan pangan di daerah tetap terjaga.

Baca Juga :  Pemerintah Pusat memilih Kabupaten Malaka Jadi Pilot Projek 2019

Dalam tasyakuran itu, para petani dampingan diberi kesempatan untuk menyampaikan testimoni dampak daripada jalinan kerjasama di bawah naungan PT PAI. Menurut Petronela Rame salah satu petani dampingan, kerjasama antara petani dan PAI membawa dampak positif bagi perubahan baik dari segi pola tanam mulai dari pengolahan lahan hingga panen dan pasca panen, maupun dari sisi produksi.

“Selama ini kami petani mengerjakan apa adanya seperti yang diajarkan oleh orang tua dulu, tapi dengan kehadiran teknologi dari Pandawa ini membuka pikiran kami kalau bertani yang baik dan benar ya seperti ini” ungkap Dia.

Selain teknik budidaya, Petronela mengaku, satu perubahan yang menurut Dia sangat membantu petani Mbay adalah menyangkut pemasaran hasil panen yang tidak rumit dan butuh waktu lama. Dulu, kata Petronela, sebelum kehadiran Pandawa, Dia bersama suami ketika setelah panen, kemudian giling menjadi beras, mereka biasanya menjual di pasar Danga.

“Dulu kami biasa bawa sedikit sedikit jual di pasar, tapi sekarang Pandawa Terima dengan tingkat sehingga sekali jual kami bisa mendapatkan uang yang banyak” akunya.

Yusuf Tandi, petani dampingan PAI lainya menyarankan agar ke depannya pola tanam diubah dari biasanya tiga kali dalam setahun menjadi dua kali dalam setahun. Selain padi, Yusuf menyarankan untuk diselingi dengan tanaman lain seperti Palawija. “Kalau bisa kita tanam Padi dari Januari panen di April, setelah itu tanam Palawija, kemudian padu lagi” saran Yusuf. (***)