“Saya berharap bahwa bisnis dari negara-negara Barat juga memiliki pandangan yang sama termasuk dari UE,” imbuhnya.
Kepala Negara menjelaskan, Indonesia memiliki hubungan yang baik dengan Uni Eropa. Kedua entitas, menurut Presiden, memiliki posisi bersama dalam banyak masalah global, seperti saling menghormati hukum dan prinsip internasional.
“Namun saya harus mengakui di sisi ekonomi yang kita mengalami batu sandungan, kelapa sawit Indonesia terus menerima diskriminasi dalam hal kebijakan maupun dari perusahaan-perusahaan Eropa,” ungkapnya.
Menurutnya, semua data dan informasi yang disampaikan oleh Indonesia dan produsen minyak sawit lainnya tidak mendapat perhatian dari Uni Eropa. Presiden Jokowi pun menegaskan bahwa Indonesia tidak akan tinggal diam dengan diskriminasi ini.
“Negosiasi perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif Indonesia-UE akan berlanjut. Minyak kelapa sawit tentu akan menjadi bagian darinya,” tegasnya.
ASEAN dan Uni Eropa, kata Presiden, memiliki kesempatan untuk membentuk kelompok kerja minyak sawit yang hebat. Presiden pun berharap kelompok kerja ini dapat berkontribusi untuk menyelesaikan masalah kelapa sawit.