Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Mendidik Anak di Rumah Maupun Sekolah Tidak Harus Dengan Kekerasan Fisik

Avatar photo
IMG 20240419 WA0022
Kegiatan sosialisasi penguatan kapasitas KP2AK oleh Yayasan Plan Internasional, Photo dok: Flobamoranews.

Nagekeo, Flobamora-News.com— Aula kantor Kelurahan Towak, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo siang itu tampak lebih ramai dari biasanya. Puluhan ibu-ibu, remaja dan anak sekolah tampak berkumpul. Mereka berdiri membentuk dua kelompok.

Hari itu Selasa 15 April 2024 Yayasan Plan Internasional mengadakan kegiatan sosialisasi penguatan kapasitas sumber daya pengurus KP2AK Kelurahan Towak. Kegiatan ini diikuti oleh puluhan anggota dan pengurus KP2AK.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

John Orlando selaku Safeguarding Focal Point – Yayasan Plan International PIA Flores, Nagekeo menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan lanjutan dari progam revitalisasi pengurus KP2AK serta peningkatan sumber daya pemahaman pengurus menyangkut perlindungan hak perempuan dan anak terkait dengan pelaporan kerja-kerja KP2AK.

“Selain di Towak ini kita juga buat di 44 desa dampingan Plan yang mana sudah menjalin kerjasama dengan Pemerintah Desa atau Lurah setempat” ungkap John Orlando.

Ada beberapa hal yang menjadi tujuan utama daripada kegiatan sosialisasi tersebut diantaranya semua pengurus dan anggota KP2AK ini paham betul bagaimana itu kesetaraan gender dan kelompok renta yang ada di lingkungan sekitar. “Kita juga mau lihat terkait administrasi, sebab di beberapa tempat banyak yang sudah dilakukan tapi tidak ada laporan” bebernya.

Sebagai salah satu desa dan kelurahan dampingan, Plan wajib mengetahui bagaimana kemampuan sumber daya pengurus KP2AK dalam manajemen penyelesaian kasus yang mana dibagi dalam tiga kategori yakni pendampingan psikososial awal.

“Dalam kegiatan ini kita nanti akan menyodorkan kasus untuk kemudian mereka bedah seperti apa proses penyelesaiannya” ungkap Dia.

Ketua KP2AK Kelurahan Towak Matilde Veronika Budi Lua menyampaikan apresiasi atas bimbingan dan dampingan Plan Internasional selama ini di Kelurahan Towak terutama terkait dengan penguatan kapasitas sumber daya anggota KP2AK dalam menjalankan kerja-kerja mereka.

Matilde mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaannya, KP2AK selalu rutin melaksanakan kegiatan kerja dalam mensosialisasikan terkait perlindungan perempuan dan anak di tengah masyarakat.

Baca Juga :  Di Nagekeo, Anak Muda Usia 18 Tahun Wajib Miliki Kartu Keluarga Sendiri

“Kaki basa sosialisasi melalui Posyandu, KUB, kelompok-kelompok doa bahkan terhadap keluarga-keluarga rentan” ungkap Dia.

Dia mengungkapkan, dengan masifnya sosialisasi yang dijalankan, bersyukur di wilayah Kelurahan Towak sampai saat ini belum ditemukan kasus kekerasan perempuan dan anak maupun kekerasan rumah tangga. “Sampai saat ini belum kami temukan kasus kekerasan termasuk kekerasan dalam rumah tangga” ujar Dia.

Mendidik Tidak Harus Dengan Kekerasan Fisik

Dalam sosialisasi itu, anggota KP2AK diberi beberapa pengetahuan terkait perempuan dan anak, materi terkait bagaimana kiat orang tua maupun guru dalam mendidik anak dan remaja.
Ada hal yang keliru di masyarakat kita terkait pemahaman bagaimana mendidik anak.

Peserta sosialisasi kemudian diberi pertanyaan apakah setuju jika anak didik harus dengan kekerasan fisik. Ada yang sepakat ada pula yang tidak setuju. Mereka kemudian dibagi dalam dua kelompok selanjutnya diminta menyampaikan argumentasi atas jawaban itu.

Menurut John Orlando , mendidik anak ataupun remaja tidak semestinya menggunakan kekerasan fisik. Kekerasan terjadi dipicu oleh beberapa hal diantaranya relasi kuasa baik itu materialistik maupun paternalistik. Korban paling banyak dalam kasus kekerasan fisik ini terjadi pada perempuan dan anak.

“Kemudian soal pemahaman kita ambil contoh kekerasan fisik yang masih terjadi di sekolah apakah semua guru paham atau tidak” ujar Dia.

Selanjutnya soal kelaziman sebab masih banyak kekerasan yang terjadi dianggap hal biasa oleh masyarakat. Misalnya anggapan masyarakat bahwa kekerasan fisik mampu membentuk seseorang menjadi orang sukses di kemudian hari padahal tidak semestinya, belum ada penelitian tentang itu.

“Tidak ada satu aturan atau undang-undang yang menerangkan bahwa pendidikan harus dengan kekerasan fisik. Sebaliknya kekerasan fisik itu menjadi tantangan besar untuk pendidikan” paparnya.

Baca Juga :  Nikolaus Edestut Hadiri Peletakan Batu Pertama Gua Maria di Paroki St. Martinus Nangaroro

Dampak Buruk Kekerasan Fisik dalam Mendidik Anak

Salah satu cara yang kurang tepat dalam mendidik anak adalah menerapkan metode dengan kekerasan. Hal ini biasanya Anda lakukan untuk mencoba menerapkan disiplin pada sang anak atau memberi hukuman saat anak Anda melakukan kesalahan. Metode kekerasan seperti ini sering ditemui pada keluarga yang orangtuanya merupakan aparat penegak hukum seperti tentara atau polisi. Sepertinya, mereka melakukan hal tersebut karena didasari oleh latar pekerjaan mereka yang mendapatkan pendidikan keras ala militer sehingga berusaha menerapkannya juga pada keluarga mereka.

Selain latar belakang pekerjaan, kadang secara tidak sadar Anda juga bisa melakukan kekerasan pada anak karena tidak mampu mengontrol emosi. Sebagai manusia, wajar bila Anda suatu saat merasa emosi baik karena ada masalah di kantor maupun stres karena kemacetan dan sebab-sebab lainnya. Hal tersebut terkadang membuat Anda tidak mampu berpikir jernih dan khilaf dengan melakukan kekerasan pada anak Anda saat mereka melakukan kesalahan.

JIka Anda termasuk orang tua yang menerapkan disiplin dengan cara kekerasan, sebaiknya Anda berpikir ulang mulai sekarang. Tidak semua anak mampu dididik dengan cara keras, meskipun ada pula sebagian kecil yang mampu bertahan dengan didikan ala militer tersebut. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mendidik anak dengan kekerasan lebih banyak efek negatifnya dibandingkan dampak positif yang dihasilkan.

Murray Strauss, seorang peneliti dari New Hampshire University, Amerika Serikat, melakukan penelitian terhadap 1.510 anak, baik yang mendapatkan perlakuan kasar dari orangtuanya maupun tidak. Semua anak tersebut menjalani tes IQ pada saat memulai penelitian dan pada akhir penelitian. 4 tahun kemudian atau di akhir penelitian, Murray mendapatkan hasil bahwa anak-anak yang tidak mengalami kekerasan di rumahnya mengalami peningkatan IQ antara 2,8 hingga 5 poin, sementara IQ anak-anak yang mengalami kekerasan cenderung statis dan kesulitan untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Baca Juga :  Berbagi Kasih dan Keceriaan, Komunitas GPS Bantu Anak Yatim Piatu di Sabu Raijua

Penelitian lain yang dilakukan oleh Duke University, Amerika Serikat, juga memperkuat hasil penelitian di atas. Hasil penelitian di Duke menunjukkan bahwa anak-anak balita yang sering mendapatkan perlakuan kasar cenderung memiliki IQ yang rendah. Penelitian yang dilakukan terhadap anak-anak berumur satu tahun yang mengalami kekerasan dari orangtuanya tersebut ternyata membuat mereka memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah setelah kembali diteliti dua tahun kemudian dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mendapatkan perlakuan kasar.

Selain dalam hal IQ, ternyata perlakuan kasar orangtua dalam mendidik anak juga berpengaruh terhadap perilaku dan tumbuh kembang anak di kemudian hari. Sebuah penelitian mengenai kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh Tulane University, Amerika Serikat, memaparkan fakta bahwa anak-anak berusia tiga tahun yang sering mengalami kekerasan secara fisik dari orangtuanya akan bersikap lebih agresif saat sang anak menginjak usia lima tahun. Perilaku agresif tersebut akan meningkat sejalan dengan lebih seringnya kekerasan yang dialaminya.

Mulai dari sekarang, didiklah anak Anda dengan cara yang halus, karena tindakan kekerasan yang dilakukan orang tua merupakan pengalaman yang traumatik bagi anak. Semakin sering anak mendapatkan kekerasan, maka akan semakin lambat juga perkembangan kemampuan mental mereka. Berbagai penelitian juga telah menunjukkan bahwa kejadian yang traumatik akan berakibat buruk bagi otak.

Di samping itu, trauma tersebut juga akan membuat anak Anda stres pada kejadian-kejadian yang sulit dihadapi dan lebih jauh lagi akan berdampak buruk pada perkembangan kognitifnya. Didikan yang terlalu keras juga akan menghambat kreativitas dan kemampuan anak Anda untuk berpikir secara bebas, selain itu juga anak Anda tidak terlatih untuk mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya. (****)