Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Rohani  

Sejarah Lahirnya Lagu Malam Kudus

Avatar photo
IMG 20191223 WA0042

KUPANG, Flobamora-news.com –Kita tentu akan merasa sesuatu yang kurang kalau ada perayaan Natal tanpa menyanyikan Malam Kudus bukan?. Terjemahan-terjemahan lagu Natal kesayangan itu sedikit berbeda satu dari yang lainnya, namun semuanya hampir serupa.

Hal itu berlaku juga dalam bahasa-bahasa asing. Lagu itu begitu sederhana, sehingga tidak perlu ada banyak selisih pendapat atau perbedaan kata dalam menterjemahkannya.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Malam Kudus sungguh merupakan lagu pilihan, karena dinyanyikan dan dikasihi di seluruh dunia. Bahkan musikus ternama rela memasukkannya pada acara konser dan piringan hitam mereka.

Anehnya, nyanyian yang terkenal di seluruh dunia itu sesungguhnya berasal dari sebuah desa kecil di daerah pegunungan negeri Austria.

Berikut ini akan diceritakan bagaimana kisah lagu dibuat hingga menjadi nyanyian wajib umat Kristen di seluruh dunia ketika malam Natal.

Orgel yang rusak

Orgel di gereja desa Oberndorf sedang rusak. Tikus-tikus sudah mengunyah banyak bagian dalam dari orgel itu. Seorang tukang orgel telah dipanggil dari tempat lain. Tetapi menjelang Hari Natal tahun 1818, orgel itu masih belum selesai diperbaiki.

Baca Juga :  Ini Harapan Inaq Zohriyah Guru Ngaji di Musholla Ashabul Yamin

Sandiwara Natal terpaksa dipindahkan dari gedung gereja, karena bagian-bagian orgel yang sedang dibetulkan itu masih berserakan di lantai ruang kebaktian. Tentu tidak ada seorang pun yang mau kehilangan kesempatan melihat sandiwara Natal.
Pertunjukan itu akan dipentaskan oleh beberapa pemain kenamaan yang biasa mengadakan tour keliling. Drama Natal sudah menjadi tradisi di desa itu, sama seperti di desa-desa lainnya di negeri Austria. Untunglah, seorang pemilik kapal yang kaya raya mempunyai rumah besar di desa itu.

Ia pun mengundang para anggota gereja untuk menyaksikan sandiwara Natal itu di rumahnya. Tentu saja Josef Mohr, pendeta pembantu dari gereja itu, diundang pula. Pada malam tanggal 23 Desember, ia turut menyaksikan pertunjukan di rumah orang kaya itu.

Baca Juga :  Polres Tabes Medan Qurban 27 Sapi dan 10 Kambing

Sesudah drama Natal itu selesai, Pendeta Mohr tidak terus pulang. Ia mendaki sebuah bukit kecil yang berdekatan. Dari puncaknya ia memandang jauh ke bawah, dan melihat desa di lembah yang disinari cahaya bintang yang gemerlapan.
Sungguh malam itu indah sekali, malam yang kudus, malam yang sunyi.

Hadiah Natal yang istimewa

Pendeta Mohr baru sampai ke rumah tengah malam. Tetapi ia belum juga siap tidur. Ia menyalakan lilin, lalu mulai menulis sebuah syair tentang apa yang telah dilihatnya dan dirasakannya pada malam itu. Keesokan harinya pendeta muda itu pergi ke rumah temannya.

Franz Gruber, yang masih muda, adalah kepala sekolah di desa Arnsdorf, yang terletak tiga kilometer jauhnya dari Oberndorf. Ia pun merangkap pemimpin musik di gereja yang dilayani oleh Josef Mohr. Pendeta Mohr lalu memberikan sehelai kertas lipatan kepada kawannya.

Baca Juga :  Keuskupan Agung Kupang Adakan Pelatihan Pembuatan Renungan Suci

“Inilah hadiah Natal untukmu,” katanya, “sebuah syair yang baru saja saya karang tadi malam.” “Terima kasih, pendeta!” balas Franz Gruber. Setelah mereka berdua diam sejenak, pendeta muda itu bertanya: “Mungkin engkau dapat membuat lagunya, ya?”

Franz Gruber senang atas saran itu. Segera ia mulai bekerja dengan syair hasil karya Josef Mohr. Pada sore harinya, tukang orgel itu sudah cukup membersihkan ruang kebaktian sehingga gedung gereja dapat dipakai lagi. Tetapi orgel itu sendiri masih belum dapat digunakan. Penduduk desa berkumpul untuk merayakan malam Natal.

Dengan keheranan mereka menerima pengumuman, bahwa termasuk pada acara malam itu ada sebuah lagu Natal yang baru. Franz Gruber sudah membuat aransemen khusus dari lagu ciptaannya untuk dua suara, diiringi oleh gitar dan koor. Mulailah dia memetik senar pada gitar yang tergantung di pundaknya dengan tali hijau.