Nagekeo, FlobamoraNews.com–Hamparan lekukan lekukan perbukitan Keliwatuwea menjulang tinggi menjadi lanskap mengagumkan di depan Sekolah Dasar Negeri Keliwatuwea, Desa Keli, Kecamatan Keotengah, Kabupaten Nagekeo, NTT. Sekolah yang berada di Dusun terpencil Keliwatuwea ini menawarkan pemandangan yang memanjakan mata dengan latar belakang laut sawu.
Sesaat ketika sang surya mulai memunculkan sinarnya dan burung-burung pipit, zebra finch serta emprit haji mulai bangun dari sarangnya sambil berkicau merdu. Kicauannya seakan memanggil anak-anak SDN Keliwatuwea dengan langkah pelan namun pasti menapaki jalan setapak desa menuju sekolah tempat belajar dan bermain mereka yang berada di puncak bukit tidak jauh dari kampung.
Senyum ceria terpancar dari wajah beberapa anak-anak kala berpapasan dengan FlobamoraNews sambil mengucapkan salam “selamat pagi Om”. Medan terjal dengan akses jalan rumit menuju sekolah sama sekali bukan penghalang bagi generasi penerus bangsa ini untuk terus belajar menapaki masa depan.
Dengan wajah penuh semangat berpacu dengan waktu untuk bisa sampai di sekolah tepat waktu. Beberapa anak-anak pun kemudian masuk ke ruang kelas sementara yang lainya ke rumah dinas guru. Ada pula berkumpul di ruang guru karena keterbatasan ruang kelas. “Kami masuk dulu, hari ini ada ujian” ungkap salah satu siswa usai berbincang-bincang dengan FlobamoraNews sepanjang jalan.
Kekurangan Fasilitas
Berpakaian dinas lengkap, Carles Sina pagi itu sibuk mencari dua orang anak muda minta bantuan memikul genset dari kampung ke sekolah. Carles adalah salah salah satu guru yang sudah lama mengabdi di SDN Keliwatuwea bersama dengan empat orang guru lainnya.
Hari itu, Selasa 27 Oktober 2024 siswa-siswi SDN Keliwatuwea melaksanakan menjalani Asesmen Nasional Berbasis Kompetensi atau ANBK. Jarak dari Kampung ke sekolah kurang lebih 1 kilometer dengan Medan tanjakan berliku. Berkat bantuan warga, Genset sebagai pembangkit listrik dibawa menuju Sekolah untuk keperluan Ujian siswa.
“Ini kami pakai pinjam masyarakat punya, mau bagaimana tidak ada listrik” ujar Charles.
Carles yang sudah 1 tahun lebih mengabdi sebagai guru di sana mengaku senang meski harus tinggal di pelosok. Menurutnya, siswa di sekolah itu memiliki minat belajar yang tinggi. Akan tetapi, minat belajar siswa-siswi SDN Keliwatuwea tidak ditunjang dengan fasilitas belajar yang memadai. Meski total keseluruhan ada 19 siswa di SDN Keliwatuwea yang duduk di kelas 1, 2, 4 dan kelas 5, namun hanya terdapat satu ruang kelas.
“Kami di sini memang masih kekurangan ruang kelas, ruang kelas yang ada hanya 1 saja, sedangkan yang lain di rumah guru, kelas 5 yang lain di ruang guru kelas 4 di ruang perpustakaan itu pun gandeng kantor, perpustakaan dan tata usaha” ungkap Charles Sina salah satu staf guru SDN Keliwatuwea.
Urusan pendidikan memang sangat tertinggal di daerah terpencil ini. Keliwatuwea masuk dalam kategori daerah yang tergolong dalam daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Tertinggal dalam artian memiliki kualitas pembangunan yang rendah, di mana masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain baik dalam skala nasional maupun dari sisi geografisnya yang berada di daerah terdepan dan terluar wilayah Indonesia. Selain fasilitas ruang kelas, SDN Keliwatuwea juga belum memiliki ruang guru dan perpustakaan serta fasilitas penunjang lainya seperti listrik dan juga internet yang baik.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.