Namun ketika jumlahnya berlebihan, ini justru akan mengakibatkan kerusakan permanen jaringan otak yang menyebabkan terganggunya perkembangan fisik dan intelektual anak.
Sebagian besar kasus hidrosefalus pada anak terjadi sejak lahir (cacat lahir bawaan/kelainan kongenital). Selain itu ada beberapa kondisi yang memperbesar peluang terjadinya hidrosefalus pada bayi baru lahir, seperti:
Sistem saraf pusat tidak berkembang dengan normal sehingga menghalangi aliran cairan serebrospinal;
Adanya perdarahan di dalam ventrikel otak, yang memicu kemungkinan bayi lahir prematur;
Ibu mengalami infeksi yang menyerang rahim selama kehamilannya, sehingga timbul peradangan di jaringan otak janin. Misalnya infeksi rubella, toksoplasma, gondok atau cacar air.
Pada kasus hidrosefalus yang baru terjadi setelah anak tumbuh besar, faktor risikonya termasuk cedera pada kepala yang mengenai otak, atau:
Tumbuh tumor di otak atau sumsum tulang belakang;
Infeksi pada otak atau sumsum tulang belakang;
Perdarahan di pembuluh darah otak;
Operasi kepala. Sumber berita (*/Humas Pemprov NTT)
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.