Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

INF Dorong Pengembangan Agrowisata di Nagekeo

Avatar photo
Editor: Redaksi
1000390735
Kuliah tamu mahasiswa/i INF oleh pegiat Pariwisata, Robert Waka, Photo dok: Flobamoranews.com

Pengembangan Agroexpo terpadu di lahan praktek INF misalnya memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar tentang bagaimana mengembangkan suatu usaha pertanian terpadu mulai dari perencanaan, keberanian mendapatkan modal dan juga pelaksanaannya. “Hasil dari usaha Agroexpo terpadu ini juga akan mendapatkan nilai tersendiri dari sudut pariwisata. Bekal ini yang nantinya akan dibawa oleh mahasiswa saat lulus dan kembali melakukan inovasi di desanya” paparnya.

Praktisi Pariwisata yang juga adalah CEO Nusa Flores Wisata Robert Waka dalam kuliah tamu tersebut, membagi pengalamannya kepada mahasiswa/i mengenai potensi Pariwisata & Ekonomi Kreatif di Nagekeo agar ke depan bisa mempunyai nilai ekonomi yang berkualitas.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Menurut Robert, potensi Pariwisata & Ekonomi Kreatif yang perlu digarap bersama dengan potensi pertanian, peternakan dan perikanan (Agrowisata) dalam meningkatan “economic value” nilai ekonomi yang berstandar, berkualitas dan inklusif bagi masyarakat Nagekeo ke depannya.

Robert berharap, melalui mahasiswa/i INF juga, ke depan bisa menjadi agen perubahan yang nanti kembali ke desa dan melakukan pengembangan pada potensi-potensi lokal desa agar bisa  memenuhi persediaan pangan di industri pariwisata kepulauan Flores.

“Kita menaruh harapan besar dan percaya bahwa mahasiswa INF bisa menjadi agen perubahan (agent of change). Ke depannya saat kembali ke desa dan melihat potensi pertanian sebagai sektor utama perekonomian Nagekeo serta mengembangkan nilai ekonomis (economic value) yang berstandar, berkualitas agar bisa memenuhi persediaan pangan (food supply) industri pariwisata baik di Labuan Bajo dan kepulauan Flores.” katanya.

Ia pun menambahkan bahwa Akses pasar, distribusi, dan standarisasi produk perlu menjadi perhatian serius oleh generasi muda yang nanti kembali mengurus potensi desa agar produknya bisa menembus pasar baik lokal, regional, maupun nasional. “Akses pasar, jalur distribusi dan standarisasi produk pertanian, peternakan perikanan serta ekonomi kreatif menjadi faktor yang perlu diperhatikan secara serius agar produk- produk lokal mampu berdaya saing di setiap tingkatan baik lokal, regional dan nasional” tambahnya.

Robert menyarankan agar dalam pengembangan Agrowisata di Kabupaten Nagekeo, Pemerintah Daerah sejatinya fokus di satu destinasi. Misalnya, obyek yang mau dijual adalah Kampung Wisata Kawa, semestinya fokus mengelola paket wisata penunjang lainnya seperti keberagaman budaya, produk lokal tambahan, ritual adat maupun kuliner lokal.

Ketika disinggung soal trand jumlah wisatawan yang masih minim, pria asal Nangaroro ini mengatakan bahwa, pasca pandemi Covid-19, geliat wisatawan sudah mulai perlahan beralih fokus dari kuantitas ke kualitas. “Kualitas yang dimaksud itu kita upayakan semaksimal mungkin sehingga wisatawan itu betah dan terlibat langsung di dalamnya, artinya ketika dia berada di suatu obyek wisata misalnya ada hal yang dia ingat, ada pengelaman lebih” ujar Robert.

Landscape persawahan irigasi Mbay kata Robert ideal jika dikembangkan menjadi destinasi agrowisata tergantung bagaimana Pemerintah Daerah melalui Dinas terkait mendesainnya dengan baik. “Kalau kita lihat potensi dataran Mbay kita bisa kembangkan jalan aspal menjadi cycling tours maupun tour mobil klasik (Volkswagen tour) mengelilingi dataran irigasi Mbay sembari menikmati sunset” ujarnya.