Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Meneropong Lebih Dekat Model Pengukuran Kemiskinan, Permasalahan, dan Alternatif Kebijakan

Avatar photo
20190923 223457

Seseorang dikatakan miskin secara absolut apabila pendapatannya lebih rendah dari garis kemiskinan absolut atau dengan istilah lain jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum.

Apabila kemiskinan dilihat dari pola waktu, kemiskinan dapat dibedakan menjadi kemiskinan yang terus-menerus (persistent poverty), kemiskinan siklus (cyclical poverty), kemiskinan musiman (seasonal poverty), dan kemiskinan tidak sengaja (accidental poverty).

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Pemahaman kemiskinan dari pola waktu persistent poverty adalah kemiskinan yang telah kronis atau turun-temurun. Daerah yang penduduknya tergolong miskin umumnya merupakan daerah-daerah yang kritis sumber daya alamnya, atau daerahnya terisolasi, sehingga tidak memiliki akses jalan dan transportasi dengan daerah lainnya.

Sedangkan, pola cyclical poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi secara keseluruhan. Selanjutnya Pola seasonal poverty yaitu kemiskinan musiman seperti sering ditemukan pada masyarakat yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan dan buruh pada pertanian tanaman pangan. Terakhir, Pola accidental poverty yakni kemiskinan dikarenakan adanya bencana alam atau dampak dari adanya suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.

20190923 230951

Penyebab Kemiskinan

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan di antaranya: rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya derajat kesehatan, terbatasnya lapangan kerja, dan kondisi keterisolasian (dalam Ginandjar, 1996).

Baca Juga :  Jasa Raharja Beri Bantuan Sebagai Bentuk Peduli Terhadap Lingkungan

Ada lima faktor yang dianggap dapat mempengaruhi terjadinya kemiskinan, yaitu: pendidikan, jenis pekerjaan, gender, akses terhadap pelayanan kesehatan dasar, infrastruktur, dan lokasi geografis.

Seiring pandangan Suahasil (2007) yang menyatakan bahwa faktor kemiskinan di antaranya: Pertama, kemiskinan selalu dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam mencapai pendidikan tinggi. Hal ini berkaitan dengan mahalnya biaya pendidikan. Walaupun pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan untuk membebaskan uang bayaran di tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Menengah Pertama, namun komponen biaya pendidikan lain yang harus dikeluarkan masih cukup tinggi, seperti uang buku dan seragam sekolah. Biaya yang harus dikeluarkan orang miskin untuk menyekolahkan anaknya juga harus termasuk biaya kehilangan dari pendapatan (apportunity cost) jika anak mereka bekerja.

Faktor Kedua, kemiskinan juga selalu dihubungkan dengan jenis pekerjaan tertentu. Di Indonesia, kemiskinan selalu terkait dengan sektor pekerjaan di bidang pertanian untuk daerah pedesaan dan sektor informal di daerah perkotaan. Dengan demikian, tingginya tingkat kemiskinan di sektor pertanian menyebabkan kemiskinan di antara kepala rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang bekerja di sektor lainnya.

Baca Juga :  Jokowi: Manajemen Logistik dan Pengelolaan Cadangan Beras Harus Dibenahi

Faktor Ketiga, hubungan antara kemiskinan dengan gender. Di Indonesia, sangat terasa sekali dimensi gender dalam kemiskinan yaitu dari beberapa indikator kemiskinan seperti tingkat buta huruf, angka pengangguran, pekerja di sektor informal, dan lain-lainnya. Penduduk perempuan memiliki posisi yang lebih tidak menguntungkan dari pada penduduk laki-laki (ILO,2004).

Faktor Keempat, hubungan antara kemiskinan dengan kurangnya akses terhadap berbagai pelayanan dasar infrastruktur. Sistem infrastruktur yang baik akan meningkatkan pendapatan orang miskin secara langsung dan tidak langsung melalui penyediaan layanan kesehatan, pendidikan, transportasi, telekomunikasi, akses energi, air, dan kondisi sanitasi yang lebih baik (Sida,1996).

Faktor Kelima, lokasi geografis. Faktor ini berkaitan dengan kemiskinan karena ada dua hal. Pertama, kondisi alam yang terukur dalam potensi kesuburan tanah dan kekayaan alam. Kedua, pemerataan pembangunan, baik yang berhubungan dengan pembangunan desa dan kota, ataupun pembangunan antar povinsi di Indonesia.

Selain itu, dalam melihat kemiskinan ada dimensi lain yaitu dimensi bukan pendapatan, seperti rendahnya pencapaian di bidang pendidikan dan penyediaan akses pada pelayanan dasar di berbagai daerah terutama di wilayah timur Indonesia. Hal ini semakin mempertegas adanya kesenjangan berdasarkan lokasi geografis.

Faktor-faktor tersebut ada keterkaitan satu sama lainnya yang membentuk lingkaran kemiskinan. Rumah tangga miskin pada umumnya berpendidikan rendah dan terpusat di daerah pedesaan. Karena berpendidikan rendah, maka produktivitasnya pun rendah sehingga imbalan yang akan diperoleh tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan.

Baca Juga :  Jika Toro Ditahan, Berarti Jaksa Melakukan Pelanggaran Hukum

Selain itu, tingkat pemasaran atas hasil produksi petani lebih rendah lebih didominasi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-harinya atau nilai jual hasil produksi petani lebih rendah tidak sebanding dengan nilai pemasaran. Akibatnya, rumah tangga miskin akan menghasilkan keluarga keluarga miskin pula pada generasi berikutnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa faktor penyebab kemiskinan sangat kompleks dan saling mempengaruhi. Artinya, kemiskinan terjadi bukan disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi multi faktor.

Namun demikian, secara garis besar faktor dominan yang mempengaruhi timbulnya kemiskinan antara lain: pendidikan, pendapatan, lokasi, dan keterbatasan akses seperti akses ke kesehatan, keuangan, dan pelayanan publik lainnya.

Maka, tidak heran lagi bagi kita jika penduduk miskin di perdesaan memiliki kecenderungan untuk punya banyak anak. Hal ini dikarenakan bagi penduduk miskin anak merupakan aset bagi ketersediaan tenaga kerja yang dapat membantu menambah pendapatan keluarga atau rumah tangga.

Ciri Kemiskinan