“Kalau sakit, pas ada uang baru pergi puskesmas, tapi kalau tidak ada uang, saya tidur saja. Kalau ada yang beli kayu baru saya gunakan untuk berobat. Kalau tidak ada begini, mau bagaimana?” Demikian tutur Nenek Elisabet dengan mengerutkan dahinya seakan menahan rasa sakit di perutnya.
Nenek Elisabet pun biasanya dibantu anak-anaknya dengan mencari kayu-kayu besar di hutan, bila ada pesanan dari orang lain untuk membuat bangunan. “Kita biasa ada uang lebih kalau ada orang yang mau pesan katun untuk buat rumah, tapi itu juga jarang sekali.
Walau kondisinya demikian, Nenek Elisabet tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah seperti PKH atau lainnya. “Kami orang susah, tapi kami tidak pernah terima bantuan PKH. Kami hanya dapat Rastra. Tapi, tidak masalah. Saya masih punya tangan dan kaki untuk berusaha cari makan dan minum, walau hanya cukup untuk hari ini saja,” ucap Nenek Elisabet.
Nenek Elisabet hanyalah gambaran kecil dari Masyarakat miskin yang ada di perbatasan RI-RDTL. Walau tinggal di tepi jalan Halilulik-Betun, tapi dia tidak pernah berharap bantuan dan nurani orang lain untuk berbagi dengannya.
“Saya masih punya dua tangan dan kaki untuk mencari makan. Saya hanya berharap dan selalu berdoa, semoga Tuhan tetap memberi kami berkat untuk bisa hidup,” tuturnya.
Reporter: Ricky Anyan
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.