“Saya biasa hanya jual 10 ikat saja. Kalau laku semua ya saya bersyukur, tapi kadang hanya dapat Rp 5.000 setiap hari,” tutur nenek yang sudah berusia 80 tahun lebih itu.
Dengan penghasilan yang didapatnya, dia harus berhemat untuk membeli beras. “Saya sudah tidak bisa makan jagung lagi. Saya harus makan nasi. Mungkin karena saya sudah tua,” ujarnya sembari tetap terbaring lemas di tempat tidur.
Nenek Elisabet Memiliki tiga orang anak perempuan dan seorang anak lelaki. Ketiga orang anak perempuannya telah berkeluarga. Sedangkan yang lelaki pergi mengadu nasib di Kota Atambua.
Nenek Elisabet tidak tinggal sendirian di gubuk repotnya itu. Dia tinggal bersama seorang anak perempuan bersama suaminya, adik iparnya yang mengalami gangguan jiwa, dan tujuh orang cucunya.
Anak perempuan yang satunya tinggal di samping rumah Nenek Elisabet dengan kondisi rumah yang mirip gubuk Nenek Elisabet. Satu anak perempuannya tinggal di Desa Duakoran, Kecamatan Raimanuk.
Ketiga anak perempuannya itu bermatapencaharian sebagai seorang petani. “Bila ada uang baru saya datang mengunjungi mama;” ujar Lusia Ufa, Anak pertama dari Nenek Elisabet.
Nenek Elisabet mengalami sakit sejak dua hari lalu (21/7/2019). Sudah menjadi kebiasaannya, bila sakit, maka dia hanya bisa tidur sembari berdoa memohon kesembuhan. Bila ada sedikit uang, barulah dia pergi berobat ke Puskesmas Halilulik.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.