Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Melalui NasDem, Anna Marlinda Boleng Siap Jadi Jembatan Aspirasi Perempuan

Avatar photo
IMG 20230805 173721
Anna Marlinda Boleng Caleg DPRD NTT Dapil V (Sikka, Ende, Nagekeo dan Ngada)

Mayoritas budaya patriarki di NTT yang diwariskan secara turun temurun kata Linda menjadi satu penghalang bagi kaum perempuan untuk tidak mau melibatkan diri dalam urusan politik dan cenderung kurang percaya diri. Paradigma budaya patriarki dalam urusan politik ini seyogyanya segera dihilangkan. Mindset masyarakat harus diubah, bahwa urusan politik bukan hanya laki-laki.

“Ketika saya memutuskan untuk maju, saya tidak pesimis, saya mau bekerja maksimal karena saya ingin tunjukkan bahwa bukan hanya laki-laki yang bisa, kami perempuan juga bisa” tegasnya.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Bersama NasDem Siap Perjuangkan Hak Perempuan

Baca Juga :  NasDem Prioritaskan Petahana di Pilkada 2024, Dokter Don: Nagekeo Saya!

Salah satu alasan Linda memilih NasDem adalah Partai besutan Surya Paloh tersebut sangat antusias dalam urusan kesetaraan gender termasuk keterwakilan perempuan di parlemen. Dapil NTT misalnya, NasDem mengutus tiga orang orang anggota DPR perempuan di Senayan. “Bagi saya Nasdem ini partai yang maju. Jika masyarakat mempercayai saya, sebagai perempuan saya tentu akan lebih fokus terhadap program-program yang memberdayakan perempuan” ungkap Linda.

Wakil Badan Penyantun Puskesmas Boawae ini melihat, keberpihakan program pembangunan di NTT belum begitu optimal menyasar kaum perempuan. Dalam isu gender dan kemiskinan, rumah tangga merupakan salah satu sumber diskriminasi dan subordinasi terhadap perempuan. Ketidaksetaraan di dalam alokasi sumberdaya dalam rumah tangga memperlihatkan laki-laki dan perempuan mengalami bentuk kemiskinan yang berbeda

Baca Juga :  Hanura Prioritaskan Kader Sendiri di Pilkada Nagekeo, Marianus Siap Jadi Wakil Bupati 

Ketimpangan pembangunan yang berbasis perempuan kata Linda berimbas pada kemiskinan, tingginya angka stunting di NTT, kurang gizi hingga gizi buruk. “Itu terjadi karena kita menempatkan urusan perempuan berada di belakang, padahal kita tau perempuan adalah sumber kehidupan” timpalnya.

Lebih lanjut Linda mengajak seluruh masyarakat untuk tidak menyepelekan caleg perempuan dalam Pemilu Legislatif 2024 nanti. Karena, pada hakekatnya kaum perempuan dalam urusan pemerataan pembangunan hanya butuh satu hal yakni keberpihakan. “Kalau perempuan berpihak pada perempuan, impian untuk memperoleh perempuan berkualitas sebagai wakil rakyat itu bukan mustahil” pungkasnya. (***)