Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Rohani  

Seminari Ledalero Sudah Mengirim Lebih dari 1.000 Misionaris ke Luar Negeri

Avatar photo
IMG 20230706 WA0082

“Setelah Pater Kirchberger meninggal, donaturnya juga ikut pergi. Mereka hanya berkontak dengan Almarhum Pater Kirchberger,” jelas Pater Pice . Fakta lebih dari itu. Donator yang menua dan meninggal tidak ada lagi pengganti. Calon imam tidak ada lagi.

“Sekarang saatnya, kita yang menggantikan peran Eropa. Kita yang harus membiayai calon imam dan mengirimkan mereka ke seluruh penjuru dunia,” ungkap Pater Pice. Ia selama belasan tahun berada di Eropa dan pernah menjadi pastor paroki di Rumania.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Seiring dengan menurunnya panggilan imamat dan krisis ekonomi yang melanda Benua Biriu, aliran dana dari Eropa pun menurun. Jumlah donatur pun menciut seiring dengan bertambahnya usia. Perlahan, manajemen STL harus menanggung sendiri biaya pendidikan dan biaya operasional. Dana dari orang tua mahasiswa tidak mampu menutup defisit yang besar.

Baca Juga :  Angkatan Bunga Liar Buat Reuni di Seminari SMA Lalian

“Biaya pendidikan seorang calon imam cukup mahal,” kata Pater Pice. Lama masa pendidikan seorang frater di STL sekitar delapan hingga sembilan tahun tahun. Setelah masa pengenalan satu tahun, seorang calon imam bekajar Filsafat tahun hingga selesai S1. Sebelum belajar Teologi tiga tahun, calon praktik lapangan —disebut tahap orientasi pastoral— dua tahun. Jika dianggap layak dari sisi kesehatan jasami, kejiwaan, sosial, dan rohani, calon ditahbiskan sen atau imam.

Laporan keuangan tahun buku 2022 meninjukan, STL didera defisit sebesar Rp 2 miliar dan pada lima bulan pertama 2023 defisit sebesar 1,5 miliar. Secara kumulatif, defisit yang dialami STL mencapai Rp 3,5 miliar. Pusat SVD di Roma tidak mampu mengabulkan seluruh permintaan biaya pendidikan yang diajukan manajemen STL.

Baca Juga :  Belas Kasih dan Komitmen

Ke depan, tantangan besar STL adalah upaya mendapatkan dana untuk membiayai pendidikan calon imam. Kiranya tantangan STL menjadi tantangan umat Katolik Indonesia. Ketika benih calon imam di Eropa dan Amerika Latin turun tajam, bahkan nyaris berada di titik nol, calon imam di Indonesia justru bertumbuh subur. Saat ini, 339 frater SVD sedang dalam masa belajar dibantu oleh 53 imam SVD.

Selain frater dari Orde SVD, STL juga mendidik calon imam diosesan dan calon imam dari ordo lain. Untuk memberikan dampak lebih besar kepada masyarakat, STL juga membuka pendidikan non-imam. Ada pendidikan guru agama Katolik dan pendidikan kewirausahaan.