Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Strategi Penagananan Gizi Buruk Terintegrasi (PGBT) di Provinsi NTT Kerja Sama UNICEF

Avatar photo
20190416 155852

3. Jarak ke pusat kesehatan jauh (anak sangat kurus tinggal jauh dari pusat kesehatan);and

4. Keterbatasan pelayanan: Puskesmas tidak memiliki kapasitas dan sumber daya yang seragam untuk memberikan penanganan untuk semua anak sangat gizi buruk.
Penangangan Gizi Buruk Teintegrasi (PGBT)
Pada tahun 2007, UNICEF, WHO, dan WFP memperkenalkan pendekatan baru untuk mengobati anak gizi buruk yang dikenal sebagai Penanganan Gizi Buruk Terintegrasi (PGBT).

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

PGBT memastikan bahwa anak-anak berusia 6-59 bulan yang menderita gizi buruk tanpa komplikasi medis dapat diberikan pengobatan rawat jalan dan anak gizi buruk dengan komplikasi mendapatkan layanan rawat inap sampai kondisinya stabil dan dilnajutkan dengan layanan rawat jalan. Sampai saat ini sudah lebih dari 70 negara di seluruh dunia menerapkan PGBT dengan tujuan memaksimalkan cakupan dan pengobatan gizi buruk yang berhasil.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk memperkenalkan PGBT di Indonesia.

Pada tahun 2013, WHO merilis Pedoman baru untuk Pengobatan Anak Gizi Buruk. Pedoman Nasional Penanganan Anak Gizi Buruk Kementerian Kesehatan Indonesia kemudian perlu diperbarui sehingga sesuai dengan Pedoman WHO 2013. Oleh karena itu, pada Oktober 2015, UNICEF bermitra dengan Action Against Hunger mendukung Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinis NTT dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, implementasi model PGBT di Kabupaten Kupang dengan integrasi PGBT ke dalam sistim layanan kesehatan yang ada untuk anak-anak.

Baca Juga :  Perdhaki KAK Bergerak Cepat Minimalisir Penyebaran Penyakit TBC

PGBT dilakukan di enam kecamatan di Kabupaten Kupang, yang memiliki tingkat kekurangan gizi tertinggi (35,3%) dibandingkan dengan NTT 15,4% dan Nasional 12,1%.
Apa tujuan penanganan gizi buruk teintegrasi (PGBT)?
Tujuan dari program PGBT adalah untuk mengurangi angka kematian anak danmeningkatkan pemulihan anak-anak penderita Gizi Buruk. PGBT adalah pendekatan yang dirancang untuk memaksimalkan cakupan dan pengobatan yang berhasil bagi anak-anak yang menderita Gizi Buruk dengan mengidentifikasi kasus Gizi Buruk sedini mungkin pada tahap awal sebelum komplikasi medis menjadi buruk dan meningkatkan akses mereka ke perawatan rawat jalan berkualitas tinggi.

Ada 4 komponen inti PGBT

1). Mobilisasi masyarakat, skrining dan tindak lanjut untuk mengidentifikasi anak-anak Gizi Buruk dan meningkatkan penggunaan layanan PGBT;
2). Program rawat jalan untuk anak-anak Gizi Buruk yang tidak mengalami komplikasi medis;
3). Program rawat inap untuk anak-anak gizi buruk yang mengalami komplikasi medis’ dan
4). Konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) dan/atau pemberian makanan tambahan untuk anak-anak kurus.

Prinsip Utama PGBT

1). Akses dan cakupan maksimum terhadap layanan. Membawa layanan PGBT dekat dengan tempat keluarga tinggal dengan meningkatkan akses, memangkas waktu tempuh ke fasilitas rawat nginap di RSU Kabupaten dan Provinsi yang dengan sendirinya megurangi biaya transportasi.

Baca Juga :  Penuhi Standar Pelayanan Kesehatan, RSUD Aeramo Raih Akreditasi Paripurna Bintang Lima 

2). Ketepatan waktu penanganan. Anak ditemukan dan dirawat sebelum kondisi memburuk dan mengalami komplikasi medis.

3). Perawatan medis dengan gizi yang tepat. Semua anak mendapat perawatan medis sesuai kebutuhan dan obat gizi rutin, yakni Obat gizi selama proses perawatan. Obat Rutin: Obat Antibiotik (minggu I); Obat cacing (minggu II) dan obat lain sesuai kebutuhan. ASI tetap HARUS diberikan bagi anak di bawah 2 tahun. Konseling Pemberian Makanan Bayi & Anak (PMBA) juga diberikan; dan

4). Perawatan selama di perlukan. Dengan meningkatkan akses terhadap perawatan, anak dengan gizi buruk dapat mengikuti program sampai mereka sembuh.

Alur pelaksanaan PGBT
Skrining/Penyaringan – Dilakukan di Posyandu oleh Kader setiap bulan.
– Bisa juga dilakukan dalam kegiatan-kegiatan besar masyarakat (Pesta, sekolah minggu atau PAUD).
Konfirmasi
– Anak-anak yang ditemukan dengan lingkar lengan atas ( LILA) kuning & merah di tingkat masyarakat dirujuk ke fasilitas kesehatan (Pustu/Polindes)
– Tenaga kesehatan terlatih akan melakukan konfirmasi untuk memastikan status gizi anak yang dirujuk.
– Anak yang di konfirmasi mederita Gizi buruk akan mendapakan perawatn PGBT
– Anak yang dikonfrimasi gizi buruk dengan komplikasi medis akan di rujuk ke Rumah Sakit Umum Kabupaten/Provinsi. Setelah stabil akan kembali melanjutkan perawatan rawat jalan.
– Anak yang mederita gizi kurang mendapatkan konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak

Baca Juga :  Rahasia Di Balik Rata-Rata Ukuran Payudara Wanita: Fakta Dan Mitos Terungkap!

Perawatan – Anak yang masuk dalam pos PGBT, akan mendapatkan obat gizi untuk dikonsumsi selama seminggu;
– Setiap minggu melakukan kunjungan ke Pustu/Puskesmas untuk pemeriksaan dan pemberian obat gizi
– Pemberian obat gizi akan di berikan sesuai dengan ration berat badan anak.
Kunjungan Rumah – Selama anak menjalani proses perawatan rawat jalan di Pos PGBT, Tenaga Kesehatan, jika di perlukan melakukan kunjungan rumah. Khususnya bagi anak-anak yang tidak megalami kenaikan berat badan selama 2 minggu berturut-turut untuk mengetahui praktik pemberian makanaan dan kebersihan lingkukan.
– Kunjungan rumah juga dilakukan oleh Kader Posyandu, PKK dan Kepala desa untuk memotivasi orang tua memberikan makan obat gizi sesuai dengan resep yang diberikan oleg Tenaga Gizi, memotivasi orang tua agar rutin mebawa anak kotnrol ke Pustu/Puskesmas untuk pemeriksaan dan pengmabilan obat gizi. Rajin membwa anak ke Posyandu untuk di monitor pertumbuhannya.