Kondisi ini kemudian membuat anak-anak kehilangan pengetahuan dan mudah lupa, berbeda dengan anak yang kebetulan orang tua atau lingkungannya peduli sehingga mereka masih tetap mendapatkan pendampingan pembelajaran.
“Metode berinteraksi yang harus belajar dari rumah dan yang bekerja ya bekerja dari rumah. Kita mengalami apa yang disebut learning loss dan learning gap.” ungkap Bupati.
Sementara itu Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do menyatakan bahwa Nagekeo dipilih sebagai pilot project ini telah melalui pengamatan dan survei yang dilakukan KERIS beberapa waktu lalu. Selain itu informasi tentang Nagekeo dari berbagai pemberitaan media bagaimana kebangkitan warga masyarakat, pemimpinnya maupun pengelola pendidikannya.
Pendidikan di Nagekeo, kata Bupati Don telah bermitra dengan berbagai lembaga pendidikan diantaranya INOVASI, Yayasan Sulinama, Taman Baca Pelangi (TBP), WVI, PLAN Indonesia dan beberapa lembaga swasta lainnya. “Bukan ujung-ujung langsung datang ke Nagekeo tapi betul-betul lahir dari pengamatan survei mereka pernah datang ke sini melihat, terkesima” katanya.
Kepada segenap komunitas SDI Waturedu Bupati Don berharap agar project penerapan teknologi pendidikan selama satu semester ini bisa berjalan dengan baik dan membawa perubahan bagi daerah. “Bersyukur bahwa sekolah ini dipilih dan sekolah ini jadi contoh. Saya berharap kalian bahu-membahu, jaga waka “pinta Bupati. (***)
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.