Banyak orang mengatakan bahwa Kabupaten Malaka yang masih belia ini susah untuk maju karena banyak Tanya, tertinggal, tertindas, terlantar, terbodoh, termiskin. Nah kita sebagai putra daerah yang dilahirkan dan dibesarkan di Malaka, kalau kita tidak kembali berbuat untuk Malaka, siapa lagi, dan kalau bukan sekarang kapan lagi?,” tegasnya.
“Kita tidak bisa terus-terusan menjadi penonton, saya kira sudah waktunya kita ambil bagian. Saya ingin berbuat baik kepada masyarakat, bukan mengamankan kepentingan keluarga,” ucapnya.
Menurut Simon Nahak, masalah hukum adalah masalah krusial di Malaka. “Menjadi aneh ketika (Malaka) kabupaten baru, juga terkorup, sebab banyak tulisan yang dibaca pada media. Kalau tidak terkorup ya gak mungkin termiskin dong,” tegasnya.
Orang Malaka ini pintar, cerdas, dan smart. Tetapi itu semua harus didukung dengan budaya (Hakneter no Haktaek Malu) yang saling menhargai, sarana prasarana pendidikan jika sudah memadai itu perlu berikan kebebasan kepada setiap kepala untuk berkreasi, bukan menindas para guru. Intinya harus transparan dalam mengelola program anggaran.
Karena itu dia terpanggil untuk memperjuangkan itu, dan mengatur, angggaran yang turun betul-betul tepat sasaran dan bermanfaat bukan memperioritaskan program unggulan yang akan menjadi kepentingan untuk golongan elit politik,” katanya.
Reporter: RHerry Metak
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.