Alur tarian bidu diawali dengan penari wanita tampil ke tengah arena dengan membawa Koba (tempat sirih). Mereka menunggu-nunggu kunjungan pacarnya. Dan para penari pria menyusul dan memerankan peran mereka sebagai tokoh pencari jodoh. Mereka menari sambil mengamat-amati gadis mana yang akan dijadikan pasangannya.
Tari Bidu ini sangat melekat di hati masyarakat Malaka sama halnya dengan sepak bola. Sepak Bola hanya menjadi hiburan semata, tapi juga telah menjadi jiwa bagi Masyarakat Malaka. Jangankan bermain, saat menonton pertandingan sepak bola, kaki dan tangan para penonton tak bisa diam dengan tenang seakan merekalah pemain yang berada di tengah lapangan.
Tak dapat dipungkiri, Sepak Bola seakan sudah mendarah-daging dalam diri masyarakat Malaka. Terbukti, ketika masih menjadi bagian dari Kabupaten Belu, hampir sebagian besar pemain Persab Belu yang berasal dari Malaka.
Hal inilah yang menjadi salah satu faktor PS Malaka menjadi Tim Terbaik ETMC 2017 yang diselenggarakan di Ende dua tahun silam. Padahal itulah kali pertama Kabupaten Malaka mengikuti ajang pementasan Sepak Bola terbesar di Provinsi NTT tersebut.
Sepak Bola adalah separuh jiwa Masyarakat Malaka. Demikian halnya dengan Bidu. Saat pemain Malaka mulai menggocek lawannya dengan sedikit goyangan badan, maka sontak penonton akan berkata, “lihat, dia mulai Bidu di hadapan lawannya”.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.