Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Rohani  

TUHAN Ada dI Mana-Mana, Kan?

Editor: Redaksi
IMG 20220418 WA0027

Saya mengawali tubuh tulisan ini dengan menyodorkan salah satu kecenderungan naluriah manusia, yakni mencari. Ketika manusia menyadari pada dirinya terdapat ihwal keterbatasan atau kekurangan, insting kemanusian mendorongnya untuk mencari. Hal yang dicari bermacam-macam: keadilan, kebenaran, kebebasan, kekuasaan, pencerahan, kekudusan dan apapun itu. Namun dalam konteks ini, sasaran pencarian adalah Tuhan sendiri. Si aku lirik ingin mencari Tuhan.

Kita mengandaikan bahwa Tuhan yang dicari dianggap tidak pernah diketahui, entah karena kurang disadari atau proses pencarian yang belum optimal. Kemudian dalam aras keterbatasan, kekurangan dan ketidaktahuan yang dimiliki, si aku lirik mengalamatkan pertanyaan langsung kepada Tuhan. Hemat saya, memahami secara positif alur pertanyaan ini, si aku lirik hendak menunjukan kepada kita (red:pembaca) untuk perlu menelisik wujud keberimanan kita. Iman bukan sekadar dihayati secara rigid-tekstual, tetapi perlu direfleksikan dari sudut pandang akal budi.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Pertanyaan “Tuhan, mengapa Kau bangkit?” barangkali mereprensentasikan berjubelnya berbagai pertanyaan yang dialamatkan kepada Tuhan. Kita perlu menyadari bahwa pertanyaan semacam ini bukan bermaksud ingin memahami Tuhan, hanya sekali lagi, untuk mengenal iman secara lebih komprenhensif, penting mengajukan pertanyaan dan mencari tahu yang dianggap misteri kan?. Di sinilah iman akan memberikan dasar kepada akal budi untuk bekerja (bertanya), tetapi juga untuk berdialog dengan cara mempercayakan diri kepada akal budi untuk membatasi kecenderungan menjadi eksklusif, supaya antara iman dan akal budi saling memberikan pengakuan atas kompentensi masing-masing.Meskipun pada hakikatnya si aku lirik adalah terbatas, tetapi pada galibnya akal budi yang Tuhan karuniai memampukannya untuk bertanya tentang realitas dirinya sebagai makhluk ciptaan. Kenapa Kau bangkit, bermaksud mencari pencerahan terhadap sesuatu yang dianggap misteri (dari Peritiwa Paskah), agar kemudian melahirkan kesadaran yang lebih dalam akan iman yang dihayati. Dengan kata lain aku lirik hendak mengatakan bahwa iman yang kita hayati bukan iman yang ikut arus, tetapi iman yang mencari sampai penghayatan terhadapnya menjadi terintegrasi dengan seorang pribadi beriman.

Baca Juga :  Sinterklas Berbagi Kebahagiaan Bersama Masyarakat Perbatasan RI-RDTL