Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Festival Fohorai, Sebuah Panggilan Peradaban  

Avatar photo
20191108 102356

Festival yang berlangsung sejak tanggal 8-13 November 2019 ini lahir dari sebuah kepekaan, gotong-royong, partisipasi dan inisiatif kultur masyarakat adat pemilik ekosistem budaya. Topik yang diangkat pada event budaya 2019 ini adalah “Belu Panggil Pulang: Mai Ita Fila Ba Uma”.

Festival ini kembali membangkitkan kesadaran baru dan rasa cinta masyarakat Belu pada kekayaan budaya yang sedang dihidupinya. Ema (orang) Belu diharapkan dapat menemukan spirit kultur dan peradaban dengan setiap kali berkiblat kepada akar kehidupan atau rumah peradaban dari mana ia berasal. Orang Belu kembali disadarkan akan arti pentingnya kekayaan tradisi sebagai identitas dan kebanggaan kultur leluhurnya sebagai tatanan nilai kehidupan yang sampai kapan pun tidak boleh tergerus oleh arus perubahan.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Kedua Ekosistem adat yang menjadi fokus eksplorasi rangkaian festival Fohorai 2019 adalah Kampung adat Uma Metan Manuaman Lidak Tukuneno-Berkase dan Kampung Adat Sadi. Dengan menggambil dua Kampung adat ini, Festival Fohorai 2019 berupaya membidik kesadaran dan rasa bangga akan foho no rai ema (Ketinggian/gunung/bukit dan dataran) Belu. Bahwa tradisi yang dimiliki selalu ada dalam perspektif jejak berkat, bukan sebuah keterlemparan nasib yang terpaksa harus dihidupi.

Baca Juga :  Prof Dadang Sunendar: Jadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional

Safari eksplorasi ini mengemas rangkaian festival ini dalam dua segmen, yakni segmen utama dan segmen pendukung. Segmen utama meliputi Pagelaran Kekayaan “Tebe Bot dan Ai Tahan Timur” di Uma Metan Lidak Tukuneno Berkase; Upacara Ritual “Ha’a Luha” sebagai tradisi khas ekosistem ada di Kampung adat Sadi.