Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Opini  

Kopi Ber-Sensasi Rasa Literasi

Avatar photo
20190630 100831

Yah … kalau festival budaya, musik, dan yang lain, itu sih’ biasa.
Tiba-tiba Fidelis bertanya seperti sedang menguji seorang mahasiswa sosiologi semester dua. “Katakan saja, apa itu literasi? Saya ngakak sebentar sebelum menjawab. Istilah literasi yang dalam bahasa Inggris disebut literacy berasal dari bahsa latin, literatus yang berarti “a learned person” atau orang yang belajar.

Literasi adalah kemampuan mengolah dan mehami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Dasar atau fondasi dari semua jenis literasi lain seperti literasi keuangan, literasi media, literasi perputaskaan, literasi teknologi dan sebagainya. Fondasinya sama. Kegiatan membaca dan menulis.
Berdua, kami bercerita. Bagaimana cara melibatkan agar bersama terlibat dan dikutsertakan dalam festival antik ini. Memang sejak tahun 2015 silam, kami sudah berbicara tentang literasi dalam satu aksi nyata. Di segala pelosok daerah Kabupaten Nagekeo kami telusuri. Dari Mbay hingga Maunori, dari Maupunggo hingga Nanggaroro. Aksinya terencana, sistematis dan masif (TSM) untuk mendampingi para guru dan siswa menulis.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Sebagai formator MPC-NTT wilayah Nagekeo dan Bajawa, Fidelis tahu itu. “Nah, inilah caranya. Kita bukukan saja karya para guru ini. Semacam antologi artikel para guru”, ujarku penuh semangat. Ia (Fidelis) terkejut. Di pagi begini, entah kenapa ide berlian itu muncul begitu saja. Kami langsung bersepakat. Saya hanya bisa tersenyum sendiri, saat mendengar, ia meminta istrinya untuk buat kopi untuk gelas kedua. Kami sempat berhenti bicara biaya percetakan. Kesepakatan kedua, akhirnya terjadi. Uang cetak ditalangi bersama. Hasil penjualan buku di festival antik itu, diharapkan bisa mengganti uang talangan ini.

Baca Juga :  Kebijakkan Masuk Sekolah Jam 5 Pagi Bikin Shock Banyak Kalangan

 

IMG 20190409 WA0030

Kami ingin bersepakat untuk ketiga kalinya terkait judul buku itu. Dari berbagai judul yang ditemukan dan ditawakan, akhirnya kami amini judul ini. “Menggapai Mimpi, Membangun Sekolah Berkualitas”. Sempat habiskan waktu lima belas menit untuk satu judul yang sedikit bernuansa simbolik. “Ujung Pena Guru di Kaki Ebulobo”. Saya menjelaskan sedikit tentang judul. Yah, judul itu sedikitnya harus mewakili isi tulisan. Kami bersepakat. Alam merestui. Dr. Johanes Don Bosco Do, Bupati Nagekeo menjawab pesan WA yang saya kirim di tujuh menit yang lalu dan menyatakan kesediaanya untuk menulis kata pengantarnya buku antologi artikel ilmiah para guru Nagekeo. Akh … cerita hebat pagi ini terasa sempurna. Gubernur NTT di beberapa bulan lalu, telah menyatakan siap untuk menulis sambutan untuk semua buku yang diterbitkan Media Pendidiikan Cakrawala NTT.
Dalam sunyi, saya buatkan kopi untuk gelas kedua. Kekasihku melarangku minum kopi saat dokter meng-vonisku menderita sakit lambung. Saya selalu melawan atas nama hobi, mimpi dan persaudaraan.

Baca Juga :  Tidak Semua Yahudi Pro Israel

Untuk terakhirnya, kami bersepakat. Nomor rekening dikirim seketika. Kami akan menerbitkankan buku ini dengan uang yang diambil dari saku pribadi. Kami ngakak bersama saat sempat berpikir jika kemudian buku ini tidak terjual. Tetapi itulah kami. Mimpi itu selalu diretas dalam satu cara. Kepuasan intelekteltual harus menjadi prioritas.
“Pagi ini saya sangat bahagia sekaligus kagum padamu. Dalam hidupku, belum terpikir untuk suatu saat saya bisa membantu teman-teman guru mendampingi mereka menulis dan menerbitkan karyanya. Kehadiran Media Pendidikan Cakrawala NTT menyingkapkan semuanya. Kami (guru) merasa sangat terbantu.